Hujan Berkah Doa Para Wali

Dikisahkan dulu Jakarta sedang dalam musim kemarau panjang dan dimana mana sumur kering tidak ada airnya. Dan dulu di wilayah Kwitang sampai Cikini, Gondangdia, Pasar Senin sampai Rivoli, tempat ambil airnya di Sumur Masjid Habib Ali di Kwitang yang memang airnya berlimpah dan tidak kering.

Bertepatan dengan musim kemarau panjang itu, Al Habib Saleh bin Muchsin Al Hamid Tanggul bersilaturrahmi ke tempat Al Habib Ali Al Habsyi Kwitang. Sampai di rumah, Habib Ali menyambut kedatangan Habib Saleh dengan penuh kerinduan satu sama lainnya, pada waktu itu Habib Saleh seharian penuh dalam kunjungannya di Kwitang. Habib Saleh ingin melihat lihat suasana Kampung Kwitang, di mana Habib Ali Al Habsyi dan keluarganya tinggal.

Habib Saleh berkata pada Habib Ali, ” Ya Ami Ali Habsyi, ana mau lihat lihat keadaan ini kampung, boleh ya,”

Mendengar itu Habib Ali langsung bilang, ” Faddol Ya Habib Saleh, nanti ana dampingi antum bersama Waladi Muhammad, kita keliling ini kampung,”

Akhirnya berkelilinglah Habib Ali beserta Putranya dan Habib Saleh keliling kampung. Sampai pada akhirnya menemukan tempat lapang yang disana sedang berkumpul muslimin mengerjakan sholat istisqo dalam mengharap hujan.

Habib Saleh bertanya pada Habib Ali dan di jelaskan bahwa di kota ini sudah lama tidak turun hujan.
Dan akhirnya Habib Ali bilang kepada kaum muslimin yang sedang berkumpul pada waktu itu.

” Saudara-saudara sekalian, baiknya minta doanya Habib Saleh dari Tanggul, insyaAllah qabul, “

Akhirnya kaum muslimin yang waktu itu berkumpul, meminta pada Habib Saleh untuk mendoakan maksud mereka.

Habib Saleh bilang kepada mereka, ” Jangan kepada saya, ini azimat kalian, Habibana Ali, ayo pinta, “

Warga yang berkumpul pun jadi bingung, Habib Ali merintahkan minta doa pada Habib Saleh, tapi Habib Saleh anjurkan kepada Habib Ali, tapi pada waktu itu Habib Ali langsung berkata.

” Doa Habib Saleh ini bagai kilat yang menyambar, jadi lebih afdol, ayo Habib Saleh, doakan mereka, insyaAllah Qabul, “

Mendengar seperti itu, Habib Saleh langsung berdoa mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan Bahasa Indonesia.

” Ya Allah, sebagai mana niat mereka kaum muslimin yang berharap air hujan ditumpahkan dari langit-Mu, Ya Robb, dengan barkah orang soleh, berilmu, berkah amal baik mereka, berkah Habibana Ali bin Abdurrahman Al Habsyi, Dengan niat tersebut, Wa ila Hadrotin Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Al Faatihah, “

Ditutup oleh Habib Ali dengan munajat Doanya.

“Robbanaa taqobbal minna innaka antas samii’ul ‘aliim, wa tub ‘alainaa innaka antat tawwaburrahiim, wa shollallahu ‘ala Sayyidinaa Muhammad wa aalihi wa shosbihi wa sallam ajma’iin, walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, qabul,”

Akhirnya Habib Ali bilang, ” Baik cukup sudah, pulang kerumah masing-masing, InsyaAllah qabul kalian punya hajat, barkah kita punya tetamu Habib Saleh Tanggul, “

Akhirnya kaum muslimin yang tadi berkumpul, pulang ke rumah masing masing, begitu pula Habib Ali dan Habib Saleh dan juga Habib Muhammad. Baru sampai di tarup majelis ( tenda majelis didepan rumah Habib Ali ), terdengar suara air yang jatuh ke Seng seng penutup tarup.

Kata Habib Ali waktu itu, ” Ya Waladi Muhammad, lihat itu hujan turun, Allah qabulkan doanya Habib Saleh, “

Langsung Habib Saleh menimpalinya, ” Bukan Ya Ami, ini barakah antum yang tadi juga ikut Doa, “

Dengar seperti itu, Habib Muhammad hanya senyum-senyum melihat adab dan ketawadhuan kedua pembesar auliaillah itu, Al Habib Ali Al Habsyi Kwitang dan Al Habib Saleh bin Muchsin Al Hamid Tanggul.

Leave a comment